Laman

Rabu, 17 September 2014

Teruntuk Pengguna Jejaring Sosial : Statusmu Harimaumu, Maka Perhatikanlah Statusmu



"Saya menulis apa yang ingin saya tulis bukan apa yang ingin anda baca."


Saya rasa pernyataan di atas bernilai benar apabila diterapkan pada jenis tulisan yang sifatnya privasi, tak untuk dipajang di muka umum hingga orang-orang yang lalu lalang bisa membacanya dengan mudah. Jika memang ingin menulis apa yang ingin ditulis tanpa punya niatan bahwa tulisan itu dibaca oleh orang, sudah semestinyalah buatlah tulisan yang hanya bisa dibaca oleh diri sendiri. Mungkin semisal Diary atau kalau di media sosial gunakanlah fitur "hanya saya".


Beda halnya apabila pernyataan di atas dilontarkan kepada mereka yang membaca tulisan kita sedang mereka mengkritik tulisan kita. Tentunya, pernyataan di atas bernilai salah! Konten tulisan yang terpajang akan di muka umum mestilah difikirkan terlebih dahulu. Sebagaimana pepetah mengatakan, "Statusmu harimaumu". Jika sekiranya konten tulisan yang akan dipajang adalah konten tulisan yang baik, konten tulisan yang bermanfaat, atau konten tulisan yang tidak akan mengundang kesalahfahaman oranglain maka silahkan pajang tulisan tersebut. Namun, jika kontennya dirasa tidak baik atau mengundang kesalahfahaman oranglain maka solusinya ialah sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.

Mungkin sebagain orang akan berkomentar, "Saya tidak memaksa dia untuk membaca tulisan saya, kok!", maka akan saya jawab, benar bahwa tidak ada yang memaksanya untuk membaca tulisan tersebut. Hanya saja, tulisan itu terpampang jelas di muka umum sehingga orang yang tak berniat membaca pun akhirnya sekilas-kilas melihatnya dan membaca secara garis besarnya. Sebagaimana sebuah tulisan yang terpampang di tembok-tembok jalan yang sengaja dibuat oleh para pemuda yang tak bertanggungjawab. Pernahkan kita menyengaja untuk membacanya? tentunya, tidak bukan?! hanya saja tetap saja hal itu terlihat oleh kita dan terbaca oleh kita karena terpampang jelas di depan mata kita. Jadi, alasan tersebut bukanlah alasan yang dibenarkan melainkan hanya pembelaan diri semata sebagai bentuk pelarian dari penyalahan oranglain dari tulisan yang telah dibuat.

Alasan itu dalam pandangan saya termasuk alasan yang sangat berbahaya apabila digunakan dalam konteks lainnya. Sebagai contoh yang ingin saya ambil ialah alasan yang dikemukakan oleh para wanita yag berpakaian minim, menjaual harga diri mereka dengan harga yang murah demia mendapatkan pujian dari lelaki hidung belang. Ketika oranglain mengkritik, menggugat cara berpakian mereka, mereka malah mengatakan, "Kami tidak memaksa para lelaki untuk melihat dan tergoda dengan tubuh kami, kok!". Seandainya alasan sebelumnya, yaitu "saya tidak memaksa dia untuk membaca tulisan saya, kok!" itu dibenarkan maka konsekuensinya alasan para penjaja kemolekan tubuh pun dibenarkan juga. Apakah hal ini bisa diterima? tentunya, orang yang masih mempunyai akal sehat akan menjawab, tidak.

Jadi, kebijaksanaan itu begitu perlu dalam kehidupan ini, terutama dalam berinteraksi sosial, baik itu dunia nyata maupun dunia virtual. Kebijaksanaan inilah yang merupakan cerminan kedewasaan sikap seseorang tanpa mengenal usia karena terkadang usia itu menipu. Bijaksana dalam menulis juga adalah hal yang sangat diperlukan. So, kita tak hidup sendiri maka dari itu pertimbangkanlah juga oranglain. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.