Laman

Rabu, 03 September 2014

Obrolan Dengan Sang Adik : Perihal Pakaian



"A, sewaktu saya kerja di pabrik ada beberapa orang yang mengatakan pada saya, 'Ini nih, pasti kamu dari golongan itu ya? Lihat aja celanamu cingkrang...' ", kata adik saya sambil mengaitkan jaket pada paku yang tertancap di tembok tidak jauh darinya.

"Terus kamu jawabnya gimana?"


"Ya saya jawab simple saja, 'Iya'. Lagian di pabrik juga banyak yang bercelana cingkrang, bahkan ada yang berjenggot lebat juga."

"Oh, gitu...Baguslah, jadi kamu ngga sendirian."

"Emangnya kenapa sih A mereka selalu memandang aneh pada sunnah tersebut (bercelana cingkrang (tdk isbal))?"

"Mereka memandang aneh karena sebelumnya mereka tidak pernah tahu mengenai sunnahnya bercelana cingkrang. Dan lagi terkadang ada sebagian orang yang bersemangat dalam mengamalkan sunnah ini hingga mereka mengenakan celana cingkrang dengan kecingkrangan sampai pertengahan betis."

"Lho, bukannya sampai pertengahan betis itu termasuk sunnah juga, A? Kan Nabi juga pakaiannya seperti itu..."

"Betul, itu juga sunnah. Sebab, batas atas utk celana seseorang (laki-laki) menurut Nabi adalah sampai pertengahan betis. Akan tetapi, seharusnya apabila seseorang ingin mengamalkan ini, ia mesti lihat-lihat dulu lingkungan tempatnya. Apabila lingkungannya adalah lingkungan yg mengenal sunnah maka silahkan mengamalkannya. Tetapi apabila lingkungannya adalah lingkungan yg tak mengenal sunnah, maka ini bisa menimbulkan fitnah seperti cemoohan orang-orang di lingkungan tsb kepada kita yang secara otomatis juga cemoohan terhadap sunnah Nabi."

"Terus, apakah saya harus isbal (menurunkan pakaian melebihi mata kaki) saja sebagaimana orang-orang pd umumnya?"

"Ngga gitu juga...Begini, yang diperintahkan oleh Nabi ialah jangan isbal. Nah, isbal itu kan pakaian yg melebihi mata kaki. Berarti kita boleh mengenakan pakaian yg panjangnya pas mata kaki atau agak naik sedikit. Intinya di sini ialah kita amalkan sunnah yg lebih dekat kepada mereka. Dengan seperti ini, mereka akan nyaman-nyaman saja bersama kita."

"Kalau begitu pakaian juga dong, A?"

"Yap, betul...orang-orang di sekitar kita kan seringkali memakai sarung, baju koko khas indo, dan songkok hitam apabila ke masjid atau pd acara-acara keagamaan. Yaa kita ikuti saja cara berpakaian mereka, yg penting cara berpakaian tsb tdk bertentangan dengan sunnah. Pakai sarung kan tdk bertentangan dgn sunnah asalkan tdk isbal, begitu juga dgn baju koko dan songkok hitam."

"Sipp, A..."

"Yap...Jika sunnah tak melarang kita utk sama (mendekati), mengapa kita harus berbeda?!." []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.