Laman

Kamis, 25 September 2014

Nasehat Imam Ibnul Jauzi Dalam Masalah Nyanyian


Sebelum kami membicarakan tentang mubah, haram, atau makruh-nya nyanyian, maka kami katakan bahwa :

Sudah sepantasnya bagi seorang yang berakal itu selalu menasehati dirinya dan saudara-saudaranya. Dia hendaknya waspada terhadap talbis iblis dalam masalah nyanyian, karena nyanyian sangatlah beragam. Tidak semua orang menghukumi sama. Ada yang membolehkan, tapi ada juga yang memakruhkan. Maka disini kami akan memulai dengan nasehat untuk diri kami sendiri dan saudara semuanya.

Sudah kita ketahui bersama bahwa tabiat manusia itu semuanya hampir sama. Jadi, ketika ada seorang pemuda yang berbadan sehat dan bertabiat lurus mengaku apabila melihat wanita-wanita cantik, hatinya tidak gelisah, tidak terpengaruh, dan merasa tidak membahayakan agamanya, maka kami sama sekali tidak memercayainya, karena kami tahu bahwa tabiat manusia itu sama.


Jika dia memang tidak terpangaruh dengan hal itu, bisa jadi dia sedang sakit atau tidak normal.

Jika dia beralasan dengan mengatakan, “Saya memandang wanita-wanita cantik hanya untuk mengambil pelajaran, sehingga takjub akan indahnya ciptaan Alloh, yang berupa : indahnya bola mata, lembutnya hidung, dan mulusnya kulit.”

Maka kami katakan kepadanya, “Masih banyak perkara mubah yang bisa diambil pelajarannya (daripada perkara haram ini). Sedangkan kecenderungan tabiatmu saat memandang wanita itu akan melalaikan pikiranmu. Puncak syahwatmu akan membuatmu tidak mampu berfikir. Sehingga kecenderungan tabiatmu saat memandang wanita itu akan melalaikan tujuanmu untuk mengambil pelajaran dari hal itu.”

Demikian pula orang yang mengatakan, “Sesungguhnya nyanyian yang merdu, yang menggelisahkan hati, yang mendorong kepada cinta dan kesenangan dunia tidak berpengaruh padaku, sehingga hatiku pun tidak akan condong kapada cinta dunia.”

Kami katakan kepadanya, “Kami tidak percaya dengan orang ini, karena pada dasarnya semua manusia mempunyai tabiat yang sama. Kalaupun memang benar hatinya dipenuhi rasa takut kepada Alloh –‘Azza Wa Jalla-, sepi dari hawa nafsu, maka tetap saja nyanyian yang didengar itu dapat membangkitkan tabiat buruk, meskipun tabiat buruknya sudah pergi jauh karena rasa takut kepada Alloh.”

Perbuatan yang paling buruk adalah yang menyimpang dari kebenaran!

Lalu bagaimana mungkin sesuatu yang menyimpang dari kebenaran itu akan dibiarkan saja oleh Dzat Yang Maha Mengetahui rahasia dan yang tersembunyi?

Lantas, jika perkaranya seperti yang disangkakan oleh orang sufi ini, maka sudah sepantasnya kami tidak membolehkannya, kecuali untuk orang yang memang sudah tidak mempunyai tabiat yang normal.

Ada suatu kaum yang membolehkan secara mutlak yaitu untuk anak-anak yang baru saja menginjak usia remaja dan anak kecil yang belum tahu apa-apa. Sehingga Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan, “Sesungguhnya At-Tasybiib (syair-syair cinta) yang menggambarkan keindahan pipi dan pelipis, keserasian dan kegagahan postur tubuh, serta keindahan seluruh sifat-sifat perempuan adalah sesuatu yang sah dan tidak dilarang.”

Adapun orang yang mengatakan, “Saya mendengarkan nyanyian bukan untuk dunia, tetapi saya hanya ingin mengambil pelajaran yang ada di dalamnya.”

Maka dia salah dari dua sisi :

1. Bahwasanya sebelum dia dapat mengambil pelajaran dalam nyanyian itu, maka tabiat buruknya (watak aslinya) akan mendahuluinya, sehingga dia sama seperti orang yang mengatakan, “Saya melihat wanita cantik untuk men-tadabbur-i ciptaan Alloh.”

2. Jarang sekali nyanyian yang isinya mengandung petunjuk kepada Alloh Sang Pencipta. Sungguh Maha Mulia dan Maha Suci Alloh jika dikatakan di dalam nyanyian-nyanyian itu bahwa Dia pantas untuk digandrungi, sehingga seseorang dapat jatuh cinta dengan cinta buta kepada-Nya. Padahal sesuatu yang dibolehkan bagi kita dalam mengenal Alloh hanyalah dengan rasa takut dan mengagungkan-Nya.

Cukup sampai di sini nasehat dari kami.

[Dikutip dari Buku Talbis Iblis, Perangkap Iblis : 560 Tipu Muslihat Iblis yang Tak Disadari Manusia, terjemahan dari Kitab Talbis Iblis karya Imam Ibnul Jauzi. Ditahqiq oleh Aiman Shalih Sya'ban. Penerbit : Pustaka Arafah. Bab Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi, dalam Sub-Bab : Hukum Nyanyian]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.