Laman

Senin, 08 Oktober 2012

Ringkasan Shifat Shalat Nabi (Bagian 1)

-->
Tatacara shalat disertai dengan bacaannya
1.      Ber-wudhu

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maaidah : 6)

2.      Menghadap qiblat

”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian
menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).

3.      Berdiri ( bagi yang mampu )

”Berdirilah untuk Allooh (dalam sholatmu) dengan khusyu.” ( QS. Al-Baqarah : 238 )

4.      Niat

”Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya (HR. Bukhari  dan Muslim)

NB : niat itu tidak diucapkan tetapi cukup didalam hati saja, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Qudamah didalam kitab Dzam Al-Muwaswisiin hal.7 : “Ketahuilah, bahwa niat adalah kehendak dan kemauan untuk mengerjakan sesuatu. Tempatnya didalam hati dan tidak berkaitan dengan pengucapan lisan. Dan tidak disebutkan dari Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat Radhiyallahu anhum adanya pengucapan niat.......”

5.      Bertakbir ( Takbiratul Ihram )

”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian
menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).

”Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan benar, lalu berkata AlloohuAkbar” (HR Thabrani)

NB : takbir ialah ucapan “Alloohuakbar”! , pada saat ini pandangan mata kita harus tertuju ke tempat sujud, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam :

“Apabila Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mengerjakan shalat, beliau menundukkan kepalanya dan pandangan beliau ditujukan kearah tanah” (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Al-Hazimi)

6.      Mengangkat kedua tangan

Mengangkat kedua tangan boleh sebelum takbir

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam jika berdiri mengerjakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, setelah itu beliau bertakbir....” (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi)

boleh juga berbarengan dengan takbir

“Bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahu ketika bertakbir dan mengawali shalat.....” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, Ath-Thahawi, dan Al-Khatib)

dan boleh juga setelah takbir

“Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam jika telah bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya....” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ad-Darimi, Ibnu Majah, dan Al-Baihaqi).

Mengangkat tangan dengan telapak tangan dihadapkan keqiblat, serta jari terbuka (maksudnya jari tangan tidak digenggamkan)  dan dirapatkan (maksudnya jari tangan tidak direnggangkan).

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam jika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sambil membuka jari-jarinya lurus keatas” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ath-Thayalisi, dan Al-Baihaqi)

Berdasarkan hadits-hadits diatas dapat diketahui bahwa : kedua tangan diangkat sejajar dengan bahu atau boleh juga kedua tangan diangkat sejajar dengan daun telinga.

7.      Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri lalu menempatkannya didada

“Sesungguhnya kami, para Nabi, diperintahkan menyegerakan berbuka, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kami sewaktu shalat” (HR. Ath-Thabrani, Al-Maqdisi, Ath-Thayalisi, dan Al-Baihaqi)

Tempat meletakkan tangan kanan pada tangan kiri : boleh pada punggung tangan kiri, boleh pada pergelangan tangan kiri, dan boleh juga pada lengan tangan kiri

“....setelah itu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung, pergelangan, dan lengan kirinya....” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Jarud, Al-Baihaqi, dan Ahmad)

Cara meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri : boleh hanya meletakkannya tanpa menggenggamnya, dan boleh juga menggenggamnya

“....beliau meletakkan tangan kirinya dibawah tangan kanannya....” (HR. Bukhari, Malik, Abu ‘Awanah, Al-Baihaqi dan Ahmad)

“Apabila beliau berdiri mengerjakan shalat, beliau menggenggam tangan kiri dengan tangan kanannya” (HR. Bukhari, An-Nasa’i, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi)

Kemudian meletakkannya didada

“bahwa beliau (Wail bin Hujr Radhiyallahu anhu) melihat Nabi Shalallahu alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya, lalu meletakkannya diatas dada...” (HR. Abu Asy-Syaikh dan Al-Baihaqi, hadits ini sanadnya dhaif hanya saja derajatnya terangkat karena adanya penguat dari hadits lain)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.