-->
Tatacara
shalat disertai dengan bacaannya
1.
Ber-wudhu
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.” (QS.
Al-Maaidah : 6)
2.
Menghadap
qiblat
”Bila engkau berdiri untuk
melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian
menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah”
(HR. Bukhari dan Muslim).
3.
Berdiri ( bagi yang mampu )
”Berdirilah untuk Allooh (dalam sholatmu) dengan khusyu.” ( QS. Al-Baqarah : 238 )
4. Niat
”Sesungguhnya segala
perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan
balasan sesuai dengan niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
NB : niat itu tidak
diucapkan tetapi cukup didalam hati saja, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam
Ibnu Qudamah didalam kitab Dzam Al-Muwaswisiin hal.7 : “Ketahuilah,
bahwa niat adalah kehendak dan kemauan untuk mengerjakan sesuatu. Tempatnya
didalam hati dan tidak berkaitan dengan pengucapan lisan. Dan tidak disebutkan
dari Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat Radhiyallahu anhum adanya
pengucapan niat.......”
5. Bertakbir ( Takbiratul Ihram )
”Bila engkau berdiri untuk
melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian
menghadaplah kiblat, lalu
bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
”Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai
ia berwudhu dengan benar, lalu berkata AlloohuAkbar” (HR Thabrani)
NB : takbir ialah
ucapan “Alloohuakbar”! , pada saat ini pandangan mata kita harus tertuju
ke tempat sujud, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu
alaihi wasallam :
“Apabila Rasulullah Shalallahu
alaihi wasallam mengerjakan shalat, beliau menundukkan kepalanya dan pandangan
beliau ditujukan kearah tanah” (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Al-Hazimi)
6. Mengangkat kedua tangan
Mengangkat kedua tangan boleh sebelum takbir
“Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam jika berdiri mengerjakan shalat, beliau mengangkat
kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, setelah itu beliau
bertakbir....” (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ad-Daruquthni,
dan Al-Baihaqi)
boleh juga
berbarengan dengan takbir
“Bahwa Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan
kedua bahu ketika bertakbir dan mengawali shalat.....” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, Ad-Daruquthni,
Ath-Thahawi, dan Al-Khatib)
dan boleh juga
setelah takbir
“Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam jika telah bertakbir, beliau mengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya....” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ad-Darimi, Ibnu Majah,
dan Al-Baihaqi).
Mengangkat tangan
dengan telapak tangan dihadapkan keqiblat, serta jari terbuka (maksudnya jari
tangan tidak digenggamkan) dan
dirapatkan (maksudnya jari tangan tidak direnggangkan).
“Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam jika memulai shalat, beliau mengangkat kedua
tangannya sambil membuka jari-jarinya lurus keatas” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ath-Thayalisi, dan Al-Baihaqi)
Berdasarkan
hadits-hadits diatas dapat diketahui bahwa : kedua tangan diangkat sejajar
dengan bahu atau boleh juga kedua tangan diangkat sejajar dengan daun telinga.
7. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri lalu
menempatkannya didada
“Sesungguhnya kami,
para Nabi, diperintahkan menyegerakan berbuka, mengakhirkan makan sahur, dan
meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kami sewaktu shalat” (HR. Ath-Thabrani, Al-Maqdisi, Ath-Thayalisi, dan
Al-Baihaqi)
Tempat meletakkan
tangan kanan pada tangan kiri : boleh pada punggung tangan kiri, boleh pada
pergelangan tangan kiri, dan boleh juga pada lengan tangan kiri
“....setelah itu
beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung, pergelangan, dan lengan
kirinya....” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, Ad-Darimi, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Jarud, Al-Baihaqi, dan Ahmad)
Cara meletakkan tangan kanan diatas
tangan kiri : boleh hanya meletakkannya tanpa menggenggamnya, dan boleh juga
menggenggamnya
“....beliau meletakkan tangan
kirinya dibawah tangan kanannya....” (HR. Bukhari,
Malik, Abu ‘Awanah, Al-Baihaqi dan Ahmad)
“Apabila beliau berdiri mengerjakan
shalat, beliau menggenggam tangan kiri dengan tangan kanannya” (HR. Bukhari, An-Nasa’i, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi)
Kemudian meletakkannya didada
“bahwa beliau (Wail bin Hujr
Radhiyallahu anhu) melihat Nabi Shalallahu alaihi wasallam meletakkan tangan
kanannya pada tangan kirinya, lalu meletakkannya diatas dada...” (HR. Abu Asy-Syaikh dan Al-Baihaqi, hadits ini sanadnya dhaif hanya
saja derajatnya terangkat karena adanya penguat dari hadits lain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.