Laman

Senin, 08 Oktober 2012

Basmalah Dalam Shalat, Sirr atau Jahr?

Assalamu’alaikum, temen-temen! Sekedar Sharing nih temen-temen,,,about My Experience pd bulan Ramadhon kemaren...Kebetulan Imam masjid yg biasanya ngisi pd waktu sholat terawih sedang ngga ada sehingga beliau digantikan oleh salah satu Ustadz....Nah, yg menariknya ialah kalau Imam masjid yg biasa tsb kalau baca Al-Fatihah pasti dikeraskan bacaan Bismillah-nya kan!!! Kalau Ustadz ini justru ngga dikeraskan bacaan bismillah-nya seolah-olah terdengar ngga pake bismillah, sehingga para Jama’ah banyak yg  berbisik-bisik, katanya : “Kok ngga pake bismillah, ya?”....Naaaah, bagaimana sikap temen-temen nih thdp permasalahan ini? Apakah temen-temen langsung ngecap ustadz tsb “Sesat”? atau temen-temen langsung ngulang sholat lagi krn sholat yg tadi ngga sah? krn ada hadits yg menyatakan :

“Tidak (sah) sholat bagi seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah)." [HR.Bukhari]

eittttt,,,,,,tunggu dulu, Begini temen-temen! I have two questions for you,,,Pernah ngga temen-temen watching di TV siaran langsung Sholat Terawih di Mekah? Biasanya sih acara ini disiarkan pd jam 01.00-an...kalau yg udah menyaksikan pasti mendapatkan bahwa Imam sholat terawih di Mekah tsb ngga mengeraskan suara Bismillah-nya sehingga terdengar seperti ngga pake bismillah, mengapa demikian? Nyok,,,kita simak Summary penjelasan Syaikh Muhammad Nashruddiin Al-Albani –Rohimahulloh- dalam buku yg berjudul “Sifat Sholat Nabi” :

1. Hadits yang memberitahukan bahwa Nabi tidak mengeraskan bacaan basmalah dlm sholat :

“Bahwa Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wasallam, Abu Bakar, dan Umar –Rodhiyallohu ‘Anhuma- mengawali bacaan sholat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi robbil ‘aalamiin’.” [HR. Bukhori-Muslim]

2. Hadits yg memberitahukan bahwa Nabi mengeraskan bacaan basmalah dlm sholat :

Dari Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Abu As-Suroiy  : “Saya mengerjakan beberapa Sholat Subuh dan Sholat Maghrib yang tidak terhitung jumlahnya di belakang Al-Mu’tamir bin Sulaiman. Beliau mengeraskan bacaan ‘bismillahirrahmanirrahim’ sebelum membaca Al-Fatihah dan Surat setelahnya. Dan saya mendengar Al-Mu’tamir mengatakan : ‘Saya tidak pernah terlewat memperhatikan Sholat Anas bin Malik. Berkata Anas bin Malik : ‘Saya tidak pernah terlewat memperhatikan Sholat Rasululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam’’.” [HR. Ad-Daruquthni dan Al-Hakim] 

Namun,,, didlm buku tsb, Syaikh berpendapat bahwa yg paling kuat adalah hadits yg ke-1 yaitu bacaan basmalah nya NGGA DIKERASKAN (baca : Sirr) but tetep dibacan dg suara lirih. Syaikh juga berpendapat bahwa Apabila kita jadi Imam Sholat, kita tuh BOLEH MENGERASKAN (baca : Jahr) bacaan basmalah nya tp jangan terlalu sering,,,Ok temen-temen!

So, Conclution nya ialah Mau di-Sirr-kan ke,,,Mau di-Jahr-kan ke,,,yg jelas Sholatnya tetep Sah. Temen-temen juga perlu ber-toleransi thdp perbedaan ini, jangan sampe gara-gara beda dlm hal ini malah Ribut and Adu urat Saraf,,,,yaaaa!

Segitu dulu temen-temen! Mudah-Mudahan ada manfaatnya....See you later ....Wassalamu’alaikum... ^_^

NB : Bacaan Al-fatihah yg dibaca keras oleh Imam itu adalah pd Sholat Subuh, Sholat Isya, dan Sholat Maghrib...ya!!!  selain dari itu yaitu Sholat Dzuhur dan Sholat Asar bacaannya di lirih kan,,,Ok! ^_^

4 komentar:

  1. Wahai Saudaraku Kaum Muslimin !
    Apa yang Menghalangimu untuk Mengikuti serta Menghidupkan Sunnah Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- dan Para Sahabat -radhiyallahu 'anhum- ?

    " YANG LEBIH AFDHAL ADALAH TIDAK MEMPEDENGARKAN BACAAN BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM KETIKA MEMBACA AL-FATIHAH DALAM SHOLAT JAHR (SUBUH, ISYA', MAGHRIB, JUM'AT, DUA 'IED, TARAWIH, DLL "

    Dari Anas -radhiyallahu ‘anhu-, beliau berkata :
    ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻔﺘﺘﺤﻮﻥ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺎﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ .
    “Bahwasanya Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- dan Abu Bakr serta Umar -radhiyallahu ‘anhuma- selalu memulai sholat dengan Alhamdulillahirabbil‘alamin.”
    _______
    ■(HR. Al-Bukhary, Kitabul Adzan, Bab Ma Yaqulu Ba’dat Takbir; 743. cet. Daru Ibnu Hazm)■

    Dari Abdah dari Qatadah bahwasanya dia menulis surat kepadanya, mengabarinya dari Anas bin Malik, beliau mengabarkan:
    ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ، ﻭﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ، ﻭﻋﻤﺮ، ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ، ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﻔﺘﺤﻮﻥ ﺑﺎﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻻ ﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻢ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻫﺎ
    “Aku sholat di belakang Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-, Abu Bakr, Umar, dan Utsman, mereka selalu membuka sholatnya dengan Alhamdulillahirabbil‘alamin. Mereka tidak menyebutkan Bismillahirrahmanirrahim di awal bacaan atau di akhirnya.”
    _______
    ■(HR. Muslim, Kitabush Sholah, Bab Man qala la yajhar bil basmalah; 399. cet. Dar Ibnil Jauziy)■

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata:
    “Banyak sekali kedustaan dalam hadits-hadits yang menyebutkan dikeraskannya bacaan Basmalah, karena Syi’ah menganggap disyariatkkannya bacaan Basmalah secara keras, dan memang mereka itu adalah kelompok yang paling pendusta. Mereka membuat hadits-hadits untuk mendukung pendapat mereka dan menyebabkan kerancuan agama terhadap Umat. Oleh karena itulah didapati pada ucapan sebagian Imam Ahlussunnah dari penduduk Kufah seperti Sufyan Ats-Tsauriy -rahimahullah- yang menyebutkan pokok-pokok As-Sunnah diantaranya adalah: mengusap khuf (sepatu yang menutupi mata kaki) saat berwudhu dan meninggalkan dikeraskannya bacaan basmalah, sebagaimana mereka juga menyebutkan mendahulukan Abu Bakar sebelum Umar dan semisal itu, dikarenakan permasalahan ini (yakni mengharuskan kerasnya basmaah -ed) termasuk dari syi’ar agama kaum Syiah Rafidhoh. Karena itulah Abu Ali bin Abi Hurairah –salah satu imam dari pengikut Asy-Syafi’iy berpendapat untuk meninggalkan dikeraskannya bacaan basmalah, dan beliau berkata: dikeraskannya bacaan basmalah telah menjadi syiar para penyelisih As-Sunnah.”
    _______
    ■(Majmu’ul Fatawa/22/hal.423)■

    Semoga bermanfaat, Baarakallaahu Fiykum.

    BalasHapus
  2. Baik yang menyatakan bacaan basmalah dengan sirr (berbisik) atau jahar, masing-masing memiliki dalil dari hadist. Manakah yang lebih benar?
    Sebagaimana kita ketahui bahwa Surat Al-Fatihah adalah surat yang istimewa yang wajib dibaca pada setiap rakaat sholat. Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat yang ayat pertamanya adalah Bismillaahirrahmaanirrahiim. Jika ayat pertama dibaca sirr dan ayat ke 2 sampai 7 dibaca jahar, berarti kita telah membeda-bedakan derajat dan status ayat-ayat tersebut. Jika basmalah dibaca sirr, berarti secara tidak langsung telah meremehkannya terhadap 6 ayat lain yang dibaca secara lantang dan didengar oleh semua orang. Apakan kita malu menyebutkan secara lantang bahwa Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?
    Bukankah pada setiap surat didalam Al-Qur'an didahului dengan bacaan Basmalah?
    Bukankah setiap melakukan sesuatu kita disuruh membaca Basmalah?
    Buakankah didalam Al-Qur'an berkali-kali ditanyakan, Apakah kamu tidak berfikir? Apakah kamu tidak berakal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Utk Mas/Mba Derry Aldes : Sebelumnya saya ucapkan terima kasih telah berkunjung di blog saya yang sederhana ini. Saya akan memberikan tanggapa terhadap komentar Anda :

      Yang menjadi patokan dalam tata cara shalat adalah tata cara shalat yg telah dilakukan oleh Nabi Muhammad -Shalallahu 'Alaihi Wasallam-, sebagaimana sabdanya : "Shalat-lah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat!". Jadi, tata cara shalat kita bukan berdasarkan atas pemikiran kita atau perasaan kita.

      Di atas telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad membaca basmalah dalam shalatnya secara sirr namun dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Nabi membaca basmalah dalam shalat secara jahr. Sebagian 'ulama ada yg menjama' kedua hadits tersebut sehingga maknanya ialah Nabi Muhammad terkadang mengeraskan bacaan basmalahnya tapi terkadang pula men-sirr-kannya.

      Perkataan Anda yg terakhir begitu keras dan berani bagi saya. Ketahuilah bahwa hadits yg menyebutkan bahwa Nabi membaca basmalah secara sirr berderajat shahih. Nah, apakah anda berani mengatakan bahwa Nabi malu menyebut nama Allah secara lantang? Apakah Anda berani juga menyebut Nabi sebagai orang yg tdk berfikir dan tdk berakal.

      Berlemah-lembutlah, Wahai Saudaraku! Masalah ini telah diikhtilafkan oleh para 'ulama terdahulu. Dan sikap kita dalam menghadapi ikhtilaf adalah berlapang dada serta saling bertoleransi.

      Hapus
  3. Sebelumnya saya minta maaf jika saudara Iwan menganggap tulisan saya begitu keras dan berani. Saya menyampaikan firman Allah SWT, Afala tatafakkaruun? dan Afala ta'qiluun? Firman yang ditulis berulang-ulang di dalam Al-Qur'an. Apakah itu sesuatu yang keras? Kesimpulan yang menyatakan bahwa saya menyebut Nabi sebagai orang yang tidak berpikir dan tidak berakallah yang saya rasa terlalu jauh.

    Saya tidak menyalahkan pendapat sirr ataupun jahar, saya hanya mengajukan pertanyaan yang mestinya dijawab dengan ilmu, bukan dengan penekanan.

    Sebagai umat yang hidup ratusan tahun setelah kehidupan Rasulullah, tentunya tata cara sholat beliau kita ketahui dari khabar yang disampaikan kepada kita yang salah satunya berupa hadist yang diriwayatkan oleh para perawi hadist. Disinilah letaknya kita menggunakan akal fikiran kita untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya hadist tersebut. Sementara dokumentasi terhadap hadist dilakukan dimasa sesudah wafatnya Rasulullah.

    Hadist yang soheh biasanya mencantumkan urutan periwayat-periwayatnya sampai kepada sahabat yang langsung menyaksikan atau mendengar dari Rasulullah SAW. Dan selanjutnya juga menjelaskan sejarah atau peristiwa lahirnya hadist tersebut.

    Itulah gunanya mempelajari ilmu hadist. Saya sudah mempelajarinya dan mengetahui latar belakang mengapa ada yang meriwayatkan sirr dan ada yang meriwayatkan jahar. Keduanya benar karena itulah yang didengar oleh para sahabat yang bertemu langsung dengan Rasulullah. Namun, jika menyimak langsung sejarahnya, kita dapat mengambil kesimpulan yang mana yang paling benar.

    Maksud saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu agar kita terlecut untuk menelusuri dan mencari informasi yang lebih akurat. Jangan sampai kita mengikuti kebenaran dari 3 orang buta yang diberi kesempatan untuk memegang gajah. Orang buta pertama memegang kakinya, dan ia mengatakan bahwa gajah itu seperti pohon kelapa, kokoh, kuat dan tinggi. Orang buta kedua memegang belalai, dan berkesimpulan bahwa gajah itu lentur seperti ular. Dan orang buta ketiga memegang telinga, ia menyatakan bahwa gajah itu tipis, lebar dan tak bertulang. Mereka semua benar sesuai dengan fakta yang mereka temukan. Tapi, apakah kita akan mengikuti kebenaran mereka?

    Berapa kalikah Rasulullah menjadi imam sholat maghrib, Isya dan subuh selama hidupnya? Tentu banyak sekali. Berapa orangkah sahabat yang menjadi makmumnya? Lebih banyak lagi. Berapa hadistkah yang menceritakan cara Rasulullah membaca basmalah dalam sholatnya itu? Mungkinkah hal yang sepenting ini luput dari perhatian mereka? Mari sama-sama kita telusuri. Wallahu'alam

    BalasHapus

Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.