Alhamdulillahirobbil’alamiin Washolatu
Wassallamu ‘Ala Rosulillah Wa ‘Ala Alihi Washohbihi Ajma’in Amma ba’du :
Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan
kesempatan kepada kita untuk mengarungi bulan mulia ini hingga sampai
dipenghujungnya. Mudah-mudahan kita mendapatkan keutamaan dari bulan ini
setelah berlelah-lelah melakukan ibadah. Dan mudah-mudahan umur kita pun
disampaikan ke bulan romadhon berikutnya.
Sholawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepada para sahabatnya, dan umatnya yang
mengikuti sunnah-sunnahnya.
Ciri-ciri Dajjal berdasarkan Hadits yang Shohih (kuat,
terpercaya) :
Dajjal
adalah seorang laki-laki yang merupakan keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam
yang memiliki kulit berwarna merah, tinggi badannya pendek, bertubuh besar,
rambutnya keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, dada bagian atasnya
bidang, mata sebelah kanannya buta (ada yang menyebutkan pecak/picek),
pada mata kirinya ditumbuhi daging yang tebal pada sudutnya, terdapat tulisan Kafir
diantara kedua matanya yang dapat ketahui oleh setiap muslim yang bisa membaca
ataupun tidak (tulisan Kafir tersebut bisa bersambung dan bisa juga
terpisah Kaf-Fa-Ro), kakinya bengkok (seperti huruf O), dan dia adalah
seorang yang mandul.
"Hikmah
Duniawi" dibalik perintah dan larangan Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala-
memang selalu mengiringi. Terlebih lagi Dia telah berfirman bahwa apa
yang diperintahkan-Nya merupakan kemashlahatan bagi hamba-Nya dan apa
yang dilarang-Nya merupakan kemudhorotan bagi hamba-Nya baik itu di
dunia maupun di akhirat kelak. Namun, yang terutama dari semua itu
(perintah dan larangan) adalah untuk menguji hamba-Nya apakah ia akan
beriman ataukah kufur! Maka tak pantaslah bagi kita untuk mencari-cari
"Hikmah Duniawi" dari suatu perintah dan larangan, yang apabila beberapa
hikmah tersebut telah diketahui maka kita baru melaksanakannya. Ayolah
teman! Apakah kita ingin disebut "Makhluk Matrealistis"? Ataukah kita
tidak memiliki "kesopanan" kepada Tuhan yang telah menciptakan kita
sehingga kita "mengomersialkan" perintah dan larangan-Nya?
عن أنس قال قال رسول الله صلّى الله عليه
وسلّم : "إعتدلوا فى صفو فكم، وترصو، فإنّي أراكم وراء ظهري!"؛ قال أنس
: "فلقد رايت أحدنا يلزق منكبه بمنكب صاحبه وقدمه بقدمه" (متفق عليه
Artinya
: Dari Anas, ia berkata : Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam telah
bersabda : “Luruskan Shof-mu dan hendaklah kamu merapatkannya karena
sesungguhnya aku dapat melihatmu dari belakang punggungku!”. Anas berkata :
“Dan saya melihat bahwa para sahabat saling merapatkan bahu-bahu mereka dengan
bahu yang ada di sebelahnya, dan mereka juga merapatkan kaki-kaki mereka dengan
kaki yang ada di sebelahnya.” [Mutafaqun ‘Alaih]
Isbal adalah memanjangkan, melabuhkan, dan menjulurkan
pakaian melebihi mata kaki
Dalil tentang Isbal :
عن أبي ذرّ عن النّبيّ قال : ثلاثة لا يكلّمهم
الله يوم القيامة لا ينظر إليهم ولا يزكّيهم و لهم عذاب أليم؛ قال فقرأها رسول الله
ثلاث مرارا، قال أبو ذرّ : خابو وخسروا من هم يا رسول الله؟ قال : المسبل والمنّان
والمنفق سلعته بالحلف الكاذب
Artinya : Dari Abu Dzar, bahwasanya Rosululloh
bersabda : “Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara, tidak akan
dilihat, dan tidak akan disucikan oleh Alloh, bagi mereka adzab yang pedih.”;
Rosululloh mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Abu Dzar berkata : “gagal
dan merugilah mereka, siapakah mereka wahai Rosululloh?”. Rosululloh menjawab :
“Orang yang memanjangkan pakaiannya, yang suka mengungkit-ungkit pemberian, dan
yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu”. [HR. Muslim (No.106), Abu
Dawud (No.4087), An-Nasa’i (No.4455), dan Ad-Darimy (No.2608)]
عن عبد الله بن عمر قال : قال رسول الله
: من جرّ ثوبه خيلاء لم ينظرالله إليه يوم القيامة
Artinya : Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar, ia berkata :
Rosululloh bersabda : “Barangsiapa yang melabuhkan pakaiannya karena sombong
maka Alloh tidak akan melihatnya pada hari kiamat”. [HR. Bukhori (No.5783) dan
Muslim (No.2085)]
Dahulu
ada seorang Syaikh ahli hadits yang mengajarkan hadits-hadits di daerah
Dimasyq. Dan Syaikh tersebut memiliki murid yang cukup banyak. Setiap kali
Syaikh tsb menyampaikan ilmu maka Syaikh membuat tabir atau penutup wajah
antara dirinya dengan para murid sehingga selama mereka belajar di sana tidak
pernah sekali pun mereka melihat wajah gurunya. Rasa penasaran para murid pun
semakin menjadi, hingga salah seorang diantara mereka yang merupakan murid yang
paling semangat dalam menuntut ilmu dan paling cerdas membuntuti Syaikh hingga
sampai dirumahnya. Akhirnya, Syaikh pun mengetahui hal tersebut dan kemudian
Syaikh bertanya kepada muridnya itu tentang maksud dan tujuannya melakukan hal
tersebut.
“Ya,
Syaikh! Engkau adalah guru kami dan kami sangat menghormatimu. Kami telah
belajar kepadamu beberapa lama akan tetapi kami tidak pernah sekali pun melihat
wajahmu, engkau selalu menutupnya dari kami. Oleh karena itu, kami penasaran
akan hal itu maka ijinkanlah kami untuk melihat wajahmu agar kami dapat mengenalimu
jika bertemu dijalan sehingga kami dapat melakukan penghormatan kepadamu
selayaknya penghormatan seorang murid kepada gurunya!”, Ucap Sang Murid
berusaha menerangkan kepada Syaikh.
“Wahai, Shohabiyah Nabi! Sudikah anda memberitahukan kepadaku
tentang suatu hadits yang anda sendiri mendengarnya langsung dari Rosululloh?”, tanya Imam Asy-Sya’bi kepada Fathimah binti Qois yang berada
dibalik Hijab (tabir).
“Ya, jika itu yang kau mau, aku akan sampaikan kepadamu mengenai
suatu hadits tersebut...!”,
jawab Fathimah bin Qois.
“Baiklah, Wahai Shohabiyah Rosul! Sampaikanlah kepadaku...”, ucap Imam Asy-Sya’bi dengan gembira karena akan mendapatkan
salahsatu dari dua pusaka Nabi yg mulia itu.
Kemudian,
dengan segera beliau (Fathimah binti Qois) menuturkan sebuah kisah :
Siang
hari itu, aku mendengar suara orang yang berseru dengan suara lantang yang
ternyata setelah aku lihat, orang itu adalah penyeru Rosululloh. ”Ash-Sholatu
Jami’ah, Ash-Sholatu Jami’ah”, itulah suara yang aku dengar dari ucapan
penyeru tersebut yang merupakan panggilan untuk melaksanakan sholat berjama’ah
bersama dengan Kekasih-ku, Rosululloh Muhammad. Segera tanpa fikir panjang, aku
pun bergegas pergi ke masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku,
begitu pula dengan yang lainnya, mereka semua pun bergegas untuk pergi ke
masjid. Setelah semua telah berkumpul, kami pun sholat bersama dengan
Rosululloh, sedangkan aku saat itu berada di Shof (barisan) paling
belakang, tepat di belakang Shof laki-laki. Setelah beberapa lama
kemudian, sholat pun akhirnya usai lalu Rosululloh pun bersegera duduk di atas
mimbar dengan dibarengi senyumnya yang indah dan menawan itu,