Laman

Jumat, 10 Mei 2013

Untukmu Para Pencari "Hikmah Duniawi" Dibalik Perintah dan Larangan

Petualang [bp.blogspot.com]
"Hikmah Duniawi" dibalik perintah dan larangan Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- memang selalu mengiringi. Terlebih lagi Dia telah berfirman bahwa apa yang diperintahkan-Nya merupakan kemashlahatan bagi hamba-Nya dan apa yang dilarang-Nya merupakan kemudhorotan bagi hamba-Nya baik itu di dunia maupun di akhirat kelak. Namun, yang terutama dari semua itu (perintah dan larangan) adalah untuk menguji hamba-Nya apakah ia akan beriman ataukah kufur! Maka tak pantaslah bagi kita untuk mencari-cari "Hikmah Duniawi" dari suatu perintah dan larangan, yang apabila beberapa hikmah tersebut telah diketahui maka kita baru melaksanakannya. Ayolah teman! Apakah kita ingin disebut "Makhluk Matrealistis"? Ataukah kita tidak memiliki "kesopanan" kepada Tuhan yang telah menciptakan kita sehingga kita "mengomersialkan" perintah dan larangan-Nya?

Ok, mencari "Hikmah Duniawi" dibalik itu memang merupakan suatu yang dibolehkan, apalagi untuk menegakkan sebagian hujjah atas orang-orang yang hanya mengedepankan akalnya. Akan tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai tujuan utama kita dalam kekhusyuan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan. Tidakkah kita tahu bahwa tidak semua perintah dan larangan itu dapat disibak tabirnya sehingga sedikit hikmah dapat diketahui? Teman, Bani Isroil dahulu pernah Alloh -Tabaaroka Wa Ta'ala- uji dengan larangan yang disaat sekarang hukumnya berubah menjadi mubah bahkan wajib dilakukan. Ya, Alloh -'Azza Wa Jalla- telah mengharamkan atas Bani Isroil daging unta! Cobalah sedikit bertanya pada diri kita sendiri : "Apa tujuan diharamkannya daging unta? Apakah daging unta itu lebih dominan mudhorot daripada mashlahat yang terkandung di dalamnya?" Sedangkan seluruh penelitian menemukan fakta bahwa daging unta sarat akan kemashlahatan. Apakah jika larangan tersebut masih berlaku dalam syari'at islam, kita akan menanggalkan larangan tersebut dengan cara mengerjakannya karena ternyata mashlahatnya lebih besar dari mudhorotnya? Walloohi, seluruh perintah dan larangan itu butuh pada keimanan walaupun otak belum mampu mencapai hikmahnya. Perlu ditegaskan kembali bahwa semua itu untuk menguji apakah kita akan beriman ataukah kufur!.

Berdasarkan hal itu, tak pantaslah kita mengatakan sesuatu mengenai perintah atau larangan dengan : "Lho, kok gitu! Padahal penelitian mengatakan begini...", dan seabreg kalimat yang semakna. Ayolah teman! Agama itu bukanlah ilmu dunia yang lebih mengedepankan akal, bukan pula ilmu matematika yang baru dipercaya setelah ada bukti. Islam adalah kebenaran yang kita ikuti secara serius dengan keimanan sedangkan akal hanyalah alat untuk memperkuat keimanan bukan sebagai tolak ukur kebenaran, jika suatu perkara dalam agama belum terbukti secara akal maka buanglah akal dan kedepankanlah keimanan. Kita cukup meyakini dan mengatakan "Sami'na Wa Atho'na". Kalau begitu agama adalah doktrin? Ya, semua agama merupakan doktrin akan tetapi fitroh yang masih suci dan akal yang sehat dapat membedakan mana doktrin yang benar dan mana doktrin yang salah!

Ayolah, buanglah pemikiran ala barat yang masih bercokol dalam otak kita karena penghalang ini akan menghalangi kita dari jalan hidayah. Tidakkah kita belum mendengar bahwa mereka tidak akan ridho sampai kita mengikuti jejak langkah mereka? Tegakkan Islam, Al-Qur'an dan As-Sunnah dimulai dari hidup kita! Karena agama ini bukan sekedar kebanggaan tapi juga butuh langkah real. Kita boleh bangga bahwa Al-Qur'an mulai dilirik oleh orang-orang sana yang sedikit memiliki akal sehat, akan tetapi kebanggaan itu tak ada gunanya jika kita hanya mengatakannya...[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Para Pengunjung yang budiman! Silahkan untuk memberikan saran, kritikan, dan komentarnya mengenai artikel yang ada di web ini. Namun, tetap memperhatikan etika dalam memberikan saran, kritikan, dan komentar.